Kamis

Cap Go Meh di Bogor Ritual Menuju Kesejahteraan Bersama


Setelah melalui proses panjang dengan menggelar beberapa persiapan akhirnya puncak acara Cap Go Meh digelar. Masyarakat Bogor terlihat antusias secara berkerumun menyaksikan arak-arakan Cap Go Meh, pada hari Kamis, (21/02) lalu yang merupakan penutup dari rangkaian acara. Perayaan Cap Go Meh tahun ini diwarnai tidak saja dari warga Tionghoa, berbagai atraksi budaya seperti Gambang Kromong, Tanjidor turut menyemarakan pesta rakyat ini.


Perayaan Cap Go Meh ditandai dengan perayaan berupa arak-arakan atau prosesi gotong toapekong ke luar vihara. Gotong toapekong berserta patung kongco lainnya dari dalam vihara menuju luar vihara, diiringi oleh atraksi barongsai, liong, dan cenggeh (berupa orang-orangan dan satwa).
Untuk mengarak toapekong Hok Tek Tjeng Sin dan lainnya dari Vihara Danagun melibatkan sekitar 1.500 peserta yang terdiri dari puluhan barongsai dan liong. Disemarakan pula oleh kesenian sunda dan Jakarata. Kalangan Tionghoa dan warga lokal berderet turut menyaksikan arak-arakan Cap Go Meh tersebut.
Walikota Bogor Diani Budiarto dan Ketua DPRD Kota Bogor TB Tatang Muchtar, berkesempatan melepas rombongan arak-arakan pada pukul 17.00 WIB. Arak-arakan diawali Joli Abu. Kemudian diikuti Joli Houw Ciang Kum, Joli Kwan Im, Joli Kwankong, Payung Kongco, Hu Locu bawa Dupa, Joli Kongcu Hok Tek Ceng Sin, Barong Kie Lien dari PGB Bogor, Joli Pankoh, dan Barong Sam Sie dari Roda Kentjana Bogor. Turut serta pula Joli Tamu dari Ungaran dan Gedawongan, Joli dari Kebayoran lama, kemudian Barong Gie Say dan yang terakhir adalah Liong dengan panjang 50 meter.
Prosesi dimulai dari Vihara Dhanagun menyusuri Jalan Suryakencana menuju Jalan Siliwangi. Di tengah perjalanan, rombongan seni Sunda dan Betawi bersatu dengan rombongan arak-arakan Joli, Barongsai, dan Liong. Rombongan masuk Vihara Dharmakarya untuk singgah sebentar dan kemudian meneruskan perjalanan menuju simpang tiga Batutulis menuju Vihara Buddhasena. Arak-arakan kembali ke Vihara Dhanagun melewati Jalan Siliwangi dan Suryakencana pada pukul 23.00 WIB.
Dari segi ritual, inti dari perayaan Cap Go Meh adalah upacara mengusung Dewa-Dewi utama pelindung masyarakat, yang dikenal sebagai Gotong Toapehkong (Ngia Hio). Dalam ritual ini, para Dewa-Dewi diusung keluar kelenteng untuk menginspeksi masyarakat, guna memberi berkah serta menyingkirkan segala marabahaya yang mungkin mengancam kesejahteraan masyarakat.
Diusungnya para Dewa-Dewi dengan segala kebesaran bukan sekadar hura-hura, tetapi mengandung makna spiritual yang diyakini besar manfaatnya. Dipandang sudut ini, keberadaan Langliong (Tari Naga) dan Langsai (Barongsai atau Tari Singa) juga mempunyai makna spiritual mendatangkan keberuntungan dan menyingkirkan kenaasan.
Perayaan Cap Go Meh sempat menjadi tradisi yang dilarang di Indonesia. Saat itu melalui Instruksi Presiden No.14/1967 di era Orde Baru, dengan tegas melarang segala bentuk kegiatan agama dan kepercayaan Tionghoa. Alasannya masih simpang siur. Baru tahun 1999, liong dan barongsai dimainkan secara terbuka saat memeriahkan kampanye suatu partai politik. Dan pada era Presiden Abdurrahman Wahid dibuatlah Keppres No 6 Tahun 2000 yang isinya mencabut Inpres No 14 Tahun 1967.
Perayaan Cap Go Meh, benar-benar mencerminkan pesta rakyat. Disaat rakyat jenuh dengan perkembangan politik yang kurang kondusif serta perkembangan ekonomi yang tidak menentu, hiburan rakyat yang murah ini seolah-olah menjadi penjejuk ketegangan. Suasana damai dan penuh keakraban mewarnai pesta rakyat tahunan itu.
Untuk menambah semangat multietnis, perayaan Cap Go Meh kini telah menjadi pesta rakyat yang menampilkan kesenian dengan berbagai ragam. Beberapa kesenian daerah yang tumbuh di kota hujan ini turut berpartisipasi menyemarakan kegiatan ini. Dengan demikian diharapkan kebersamaan antar etnik dan lintas agama yang selama ini terjalin erat dalam mengukuhkan kerukunan dan kedamaian selalau terjalin erat oleh masyarakat Bogor.
Cap Go Meh telah menjadi pesta seluruh warga Bogor, bukan milik kelompok-kelompok tertentu. Cap Go Meh di masa mendatang diharapkan menjadi ikon kota Bogor yang membanggakan. Semoga semangat kebersamaan ini tetap hidup dalam sanubari masyarakat Bogor yang mencintai kedamaian sampai kapan pun.

Tidak ada komentar: